ADU ARTILERI SURIAH - TURKI BERLANJUT

Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...Jangan lupa Share dan Komen ya :)

Pasukan Turki menembakkan kembali serangan artilerinya ke Suriah, usai peluru mortir Suriah melesat ke Desa Akcakale yang menjadi wilayah perbatasan kedua negara itu. Serangan ini sudah memasuki hari ke-lima meski Suriah sudah berjanji untuk menghentikannya.

Sejak Minggu kemarin, Turki melepaskan tembakan artilerinya dan peluru artileri tersebut jatuh di Kota Tel Abyad, Suriah. Wilayah Tel Abyad merupakan wilayah yang sedang dilanda pertempuran antara pasukan loyalis Presiden Bashar al Assad dan fraksi oposisi. Bersamaan dengan itu, bom mobil pun meledak di Kota Damaskus.

Namun belum ada laporan mengenai munculnya korban luka atau jiwa dalam peristiwa itu. Ini melanjutkan aksi saling serang yang berlanjut hingga hari keempat.

Serangan dipicu penyataan Menlu Turki Ahmet Davutoglu bahwa Presiden Bashar al-Assad harus digantikan wakilnya, Faruq al-Shara.

Pada hari yang sama, perang sengit berlangsung antara pasukan Suriah dan pemberontak domestik di sekitar Aleppo. Serangan mortir Suriah menyasar Akcakale, yang juga sasaran serangan pada hari Rabu lalu, setelah Menlu Turki Ahmet Davutoglu mengatakan Presiden Bashar al-Assad harus digantikan wakilnya, Faruq al-Shara.

Serangan Suriah itu tidak menyebabkan kerusakan atau korban, menurut NTV, televisi Turki. "Untungnya, tidak ada korban," kata Walikota Akcakale, Abdulhakim Ayhan.

Menurut Ayhan, serangan Suriah itu dipicu serangan yang juga dilakukan sebelumnya oleh Turki. Davutoglu mendesak agar Shara mengambil alih kepemimpinan di Suriah. "Shara adalah orang yang punya nurani dan tidak terlibat pembantaian di Suriah. Tidak ada yang tahu soal sistem yang lebih baik kecuali Shara," kata Davutoglu.

Dia menekankan bahwa oposisi Suriah bisa menerima Shara, dan merupakan figur yang diterima luas. Sementara itu, Raja Jordania Abdullah II menegaskan perlunya konsensus politik dicapai di Suriah untuk menghindari pertumpahan darah. Selama 18 bulan aksi pemberontakan di Suriah sudah 31.000 warga tewas.

Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan cukup marah dengan serangan mortar Suriah yang memasuki wilayahnya. Turki sudah mengingatkan Suriah bahwa negaranya sama sekali tidak menginginkan perang. Namun Turki mengingatkan Suriah agar tidak menguji kesabarannya.

"Apa yang dikatakan oleh leluhur kita? Bila kalian ingin damai, bersiaplah untuk perang. Bila kalian menjadi korban kebiadaban, kalian akan melakukan apapun yang patut dilakukan. Lihatlah saat ini, mereka melakukan serangan ke kita. Bila Suriah menyerang, kita akan membalasnya dengan cepat," ujar Erdogan, seperti dikutip dari Reuters, hari ini.

Turki, Arab Saudi dan Qatar, menjadi negara pendukung fraksi oposisi Suriah yang ingin menumbangkan kekuasaan Assad. Turki juga menjadi rumah bagi ratusan ribu pengungsi Suriah yang lari dari tempat tinggalnya guna menghindari peperangan.

Serangan militer ke Suriah juga sudah dilegalisasikan oleh Parlemen Turki, namun serangan itu tidak didukung North Atlantic Treaty Organization (NATO). NATO selama ini kurang mensetujui serangan militer ke Suriah karena mereka khawatir kekerasan akan terus berlanjut.

Pada pekan lalu, pihak Suriah meminta maaf atas peristiwa serangan lintas batas yang masuk ke wilayah Turki. Suriah turut menggelar penyelidikan atas serangan mortar itu dan berjanji tidak akan mengulangi tindakan yang sama. Namun pada kenyataannya, serangan masih terus berlanjut hingga kini.

WASPADA

Posting Komentar

0 Komentar