TAMASYA AL MAIDAH 'ABAIKAN' LARANGAN MOBILISASI MASSA KE TPS



Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...Jangan lupa Share dan Komen ya :)

Kelompok yang menyebut diri sebagai alumni aksi 212 bersikeras untuk menggelar aksi Tamasya Al-Maidah dengan menerjunkan sejumlah orang ke TPS-TPS di Jakarta, meski kepolisian telah mengeluarkan maklumat, agar tidak ada pengerahan massa di sekitar TPS Pilkada Jakarta pada Rabu (19/04).

Ketua panitia Tamasya Al Maidah Ansufri ID Sambo mengatakan akan tetap menerjunkan massa ke TPS-TPS pada Pilkada DKI Jakarta putaran kedua, meski sudah ada maklumat bersama yang diterbitkan KPU, Badan Pengawas Pemilu atau Bawaslu dan Kepolisian Daerah DKI Jakarta yang melarang mobilisasi massa.

"Kita ingin mengawal pilkada ini untuk jujur. Kita yakin kalau jujur, demokratis, adil, pasti kita (umat Islam) menang. Mereka itu, satu memantau melihat menyaksikan tentu dengan jarak yang kita berikan agar tidak melanggar UU dan tidak merusak aturan ya kira-kira 20 meter melihat, mendokumentasikan termasuk juga, " kata Ansufri usai konferensi pers tentang aksi Tamasya Al -Maidah.

Dia menambahkan "Fungsi kedua mereka di situ jika ternyata terjadi kecurangan akan menyorak-nyorakin, hai jangan begitu kalian, nah menyuruh petugas yang ada di situ berani untuk mengambil tindakan, mencegah kecurangan, menangkap atau menindak, begitu lho."

Ansufri menargetkan ada 100 orang dari berbagai kota datang ke Jakarta untuk menjaga per TPS.

Ansufri membantah Tamasya Al Maidah merupakan bentuk dukungan kepada pasangan calon tertentu, meski begitu dia mengatakan mendukung calon Muslim. "Tidak jangan diartikan seperti itu, kita tidak mendukung paslon tertentu, bukan pada orangnya tapi asal bukan Ahok," ungkap dia.

Dalam Pilkada DKI Jakarta putaran kedua ini, hanya akan diikuti pasangan calon Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok - Djarot Syaiful Hidayat, dan pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno. Dalam masa kampanye putaran pertama calon gubernur Anies Baswedan pernah mendatangi markas FPI yang merupakan pendukung utama aksi-aksi untuk menuntut Ahok agar diadili dalam kasus dugaan penistaan agama.

Anies dan pasangannya Sandiaga datang ke acara salat dan doa bersama di Istiqlal menjelang berakhirnya masa kampanye pilkada DKI putaran pertama, yang juga dihadiri pasangan Agus Yudhoyono - Sylviana Murni yang gagal lolos ke putaran kedua.
Bentuk intimidasi

Ansufri membantah kehadiran para pendukung aksi Tamasya al Maidah di TPS itu merupakan bentuk intimidasi kepada para pemilih, tetapi dia menganggap penjagaan TPS oleh petugas keamanan tidak cukup untuk mencegah kecurangan.

Bagaimanapun, Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar mengatakan bentuk mobilisasi massa di TPS berpotensi untuk menganggu pemungutan suara dan secara psikologis merupakan bentuk intimidasi terhadap pemilih.

"Dihimbau yang tidak berkepentingan dengan pilkada untuk tidak melakukan hal-hal yang dapat menganggu kenyamanan masyarakat Jakarta.

"Artinya apalabila ingin perjalanan traveling ke tempat wisata itu adalah sesuatu normal, akan tetapi apabila kehadiran itu memiliki sesuatu tujuan yang tidak baik, menghambat atau menganggu, berupaya untuk menimbulkan kekacauan dalam konteks menganggu jalannya pilkada maka tentu itu adalah sesuatu yang tidak diharapkan," jelas Boy Rafli.

Dia mengatakan untuk mencegah gangguan dalam pilkada DKI Jakarta putaran kedua, tiap TPS di Jakarta akan dijaga satu personel polisi dan satu orang TNI, serta petugas keamanan masyarakat, berbeda dengan Pilkada DKI putaran pertama yang hanya melibatkan polisi dan petugas TPS.

Kapolri Jenderal Tito Karnavian mengatakan akan melakukan tindakan tegas terhadap upaya untuk mendatangkan orang dalam jumlah besar ke TPS-TPS, karena merupakan bentuk kegiatan politik dan berdampak pada psikologis pemilih.
Intimidasi politik

Organisasi pemerhati HAM, Setara Institute juga menyebutkan pengerahan massa dalam bentuk aksi Tamasya Al Maidah merupakan teror dan intimidasi politik yang akan mempengaruhi pilihan warga yang bebas, jujur, dan adil.

"Meski pemantauan oleh warga dalam pelaksaan pilkada dijamin UU, tetapi dalam konteks politik DKI Jakarta hal itu bermakna lain, cukup sudah penebaran kebencian dan intimidasi terjadi selama proses kampanye seperti terjadi sebelumnya," kata Hendardi, Direktur Setara Institute dalam keterangan persnya, akhir pekan lalu.

Hendardi mengatakan Tamasya Al Maidah merupakan bentuk kampanye dan pemaksaan terbuka atas pilihan warga dalam pilkada, karena berimplikasi pada ketakutan warga atas dampak pilihannya dalam pilkada.

"Tamasya Al Maidah, jika benar terjadi, masuk kategori pelanggaran serius yang terstruktur, sistematis dan massif, yang akan merusak integritas pilkada. Walaupun tidak secara terbuka tamasya itu dilakukan oleh pasangan calon tertentu, tetapi nalar publik telah mengaitkannya bahwa tamasya itu sebagai ajakan dan dorongan melarang pasangan yang dianggap menodai Al Maidah," jelas Hendardi.

Setara Institute mengatakan bentuk mobilisasi massa ke TPS-TPS merupakan pelanggaran pilkada dan bentuk pidana pemilu.

BBC


Jual PEMPEK PALEMBANG IKAN TENGGIRI ASLI TANPA MSG SEHAT RASA ENAK HARGA PAS Pempek Keju Pempek Sosis Lenjer Kapal Selam dll HMM... ENAAAKKK.... MAU? SMS/WA 085721536262 JUAL Frutablend, Nes V, Mr Pro, WMP, CMP, HP Android, Kue Nastar, Kastengel enak banget, dll hub SMS/WA 085721536262

Posting Komentar

0 Komentar