STROKE, SUDOMO MENINGGAL

Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...

Stroke batang otak membuat salah satu tokoh orde baru, Sudomo tutup usia. Dia mengembuskan nafas terakhirnya kemarin sekitar pukul 10.05 di RS Pondok Indah, Jakarta. Rencananya, jenazah akan dimakamkan hari ini sekitar pukul 09.00 di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta Selatan.

Mantan Panglima Komando Pemulihan dan Ketertiban (Pangkokamtib) era Presiden Soeharto itu sebelumnya tidak sadarkan diri selama empat hari. Tepatnya, sejak Sabtu (14/4) malam setelah dia menghadiri resepsi pernikahan kerabatnya di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). "Padahal, siangnya masih sehat," ujar asisten pribadi Sudomo, Ari Kuntoro.

Kepada FAJAR, dia mengaku masih ingat betul bagaimana detik-detik terakhir orang kepercayaan Soeharto itu kehilangan kesadaran. Semuanya terjadi tidak lama setelah dia dan Sudomo sampai di TMII sekitar 19.30. Begitu sampai, dia duduk disamping Alwi Shihab.

Tidak sampai lima menit, Sudomo lantas berkata kepada dirinya kalau ingin ke toilet. Saat itu, Ari melihat wajah majikannya memucat. Jauh berbeda dengan pagi hari yang masih sehat bugar. "Bapak seperti orang dehidrasi, lalu saya bopong ke mobil karena tidak sadar," imbuhnya.

Dia lantas berinisiatif membawa kakek berusia 86 tahun itu ke RS Pondok Indah yang tidak jauh dari rumahnya. Selama perjalanan, dia, ajudan, dan sopir berusaha untuk membangunkan dengan cara memanggil nama Sudomo. Panggilan itu tidak dibalas ucapan, melainkan dengan tubuh menggigil dan muntahan.

Ari bingung, seingatnya, purnawirawan berpangkat laksamana itu tidak makan apapun setiba di tempat resepsi. Begitu juga siang harinya, saat Sudomo menjadi saksi pernikahan tersebut. Tidak ada aktivitas yang bisa dikatakan menguras tenaga. "Siang saat pulang masih sehat. Begitu juga saat bangun," ingatnya.

Pria yang sudah ikut Sudomo selama 13 tahun itu pun mengaku shock saat majikannya dikabarkan tewas. Dia tidak menyangka, Sudomo harus pergi secepat itu. Apalagi, dalam sebulan terakhir Ari menjamin kalau kesehatan Sudomo masih bugar. Buktinya, dia masih sempat ke beberapa negara tetangga untuk menyelesaikan pekerjaan.

Peristiwa itu dibenarkan Alwi Shihab saat melayat ke rumah duka Sekolah Kencana IV, TM-19, Pondok Indah. Mantan Menteri luar negeri itu mengatakan, pertemuan terakhir masih dalam suasana akrab. Sudomo tidak ragu untuk memberikan pelukan kepadanya. "Mungkin, saya orang terakhir yang dipeluk," tuturnya.

Masih kuat diingatannya tentang kondisi Sudomo yang pucat saat itu. Kondisi itu diperburuk dengan nafas yang sudah berat dan tidak stabil. Ternyata, kondisi itu menjadi signal bahwa mantan KSAL itu harus segera pergi meninggalkan dunia.

Meski sosok Sudomo penuh kontroversi, Panglima TNI Laksamana Agus Suhartono tetap memberikan apresiasi terhadap seniornya. Menurutnya, Sudomo telah memberikan banyak jasa kepada bangsa dan negara. "Terutama di TNI AL, banyak sejarah yang dia catat di TNI," terangnya.

Agus tidak akan pernah lupa saat Sudomo memegang kendali Operasi Mandala. Operasi yang diciptakan untuk merebut Irian Barat itu, Sudomo menjabat sebagai Komandan Satuan Tugas Chusus (STC)-9. Kisah heroik muncul saat kapal-kapal di bawah komandonya terjebak kepungan kapal perang Belanda di Laut Aru.

Gara-gara peristiwa itu, kapal Matjan Tutul bersama Deputi Operasi AL Komodor Yos Sudarso tenggelam. Setelah itu, Sudomo menjadi panglima unsur laut dan berhasil menyelesaikan misi. "Almarhum memiliki pengalaman yang panjang. Terutama di operasi militer maupun pembinaan TNI AL," kenangnya.

Sementara itu, anak pertama Sudomo, Biakto Putera mengatakan, pemakaman ayahnya baru dilakukan hari ini. Itu dilakukan karena ayahnya punya banyak kolega yang ingin melayat dan memberi penghormatan terakhir. "Kesepakatan keluarga saja. Besok (hari ini) baru dimakamkan di Kalibata," terangnya.

FAJAR

Posting Komentar

0 Komentar