ANCAMAN SANKSI FIFA: PERSEPAKBOLAAN NASIONAL DI TEPI JURANG KEHANCURAN



Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...

Pengamat sepakbola Anton Sanjoyo menilai ancaman sanksi yang mungkin dijatuhkan FIFA akan menimbulkan efek domino terhadap dunia persepakbolaan nasional.

Persepakbolaan Nasional kini tengah berada di tepi kehancuran setelah ricuh yang terjadi pada Kongres PSSI di Hotel Sultan, Jakarta.

Hujan interupsi yang mewarnai enam jam perjalanan Kongres PSSI membuat agenda utama Kongres yaitu pemilihan Ketua Umum, Wakil Ketua dan Sembilan anggota Komite Eksekutif batal digelar lantaran kericuhan yang terjadi di ruang kongres.

Tak ayal kondisi itu membuat suasana Kongres PSSI berjalan ricuh, hingga pada akhirnya Ketua Komite Normalisasi Agum Gumelar memutuskan untuk menutup Kongres PSSI setelah menilai suasana tak lagi kondusif.

Gagalnya Kongres PSSI yang digagas Komite Normalisasi menghasilkan keputusan tentang siapa ketua umum PSSI periode mendatang menempatkan persepakbolaan Indonesia dalam ancaman berat.

Seperti yang tertuang dalam surat keputusan FIFA pada tanggal 4 April lalu, Otoritas Tertinggi Sepakbola Dunia (FIFA) dengan tegas menjelaskan bahwa tugas-tugas Komite Normalisasi, yang salah satunya ialah menggelar Kongres PSSI.

Dalam surat tersebut FIFA dengan tegas mengatakan akan menjatuhkan sanksi segera jika Komite Normalisasi gagal menggelar kongres PSSI yang ditetapkan pada tanggal 20 Mei, kemarin (Jumat, 20/5/2011).

Menyikapi ancaman tersebut, pengamat sepakbola Anton Sanjoyo memperingatkan dampak dari sanksi yang dijatuhkan kepada timnas Indonesia tidak hanya memukul persepakbolaan nasional.

Melainkan juga menghantam semua lini yang tidak secara langsung bersentuhan dengan dunia olahraga semisal industri kecil dan menengah.

Sudah bukan rahasia jika setiap event yang mengikut sertakan timnas Indonesia secara tidak langsung membuka lahan ekonomi bagai sejumlah masyarakat kecil.

Masyarakat yang mengandalkan pendapatannya dari industri rumahan macam pedagang kostum tim Garuda serta beberapa souvenir lainnya jelas akan ikut merasakan dampak dari sanksi yang dialami timnas Indonesia.

“Ancaman sanksi FIFA (terhadap persepakbolaan Indonesia) tidak hanya mematikan persepakbolaan nasional melainkan juga seluruh lini yang mencari uang dari dunia sepakbola,” ungkap Anton Sanjoyo.

“Mereka yang mencari uang dari buruh rumput lapangan, penjual souvenir pertandingan, hingga para pedagang kecil di sekitar lapangan pertandingan akan ikut merasakan hukuman yang dijatuhkan oleh FIFA. Hal itu belum ditambah dari kalangan professional macam penjual tiket dan lain-lainnya.”

Sayangnya hal ini tidak diperhatikan oleh para kalangan elit sepakbola yang menjadi peserta dalam Kongres PSSI di Hotel Sultan, Jakarta. Alih-alih menyelamatkan persepakbolaan Tanah Air, mereka justru menjadi aktor utama sanksi yang mungkin akan segera dijatuhkan FIFA.

“Kelompok pengacau ini tidak memperhatikan bahwa ada banyak pihak yang terlibat dan menaruh harapan pada dunia sepakbola. Mereka tidak menyadari sikapnya ini akan mengancam anggota timnas U-23 yang telah bersusah payah menjalani latihan ala militer di Batujajar, Jawa Barat,” pungkasnya.

Selain timnas Sea Games U-23, dua klub terbaik Indonesia yaitu Persipura dan Sriwijaya FC yang baru saja memastikan diri lolos ke fase berikutnya di ajang Piala Champions Asia juga akan menghadapi ancaman yang sama.

Kedua tim itu terancam dicoret dari keikutsertaannya di ajang Piala Champions Asia jika FIFA jadi menjatuhkan sanksi terhadap persepakbolaan Indonesia.

INILAH

Posting Komentar

0 Komentar