Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...Jangan lupa Share dan Komen ya :)
Usia memang sebaiknya tidak menghalangi untuk menjalankan ibadah puasa. Ternyata lansia (lanjut usia) tetap bisa berpuasa, asalkan tetap mawas diri dan paham kondisi kesehatan diri sendiri.
Selain mendapatkan pahala besar tentunya, menjalankan puasa diketahui memberikan banyak manfaat bagi kesehatan tubuh manula. Dr Edy Rizal Wahyudi SpPD KGer FINASIM dari Divisi Geriatri, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/- RSCM mengungkapkan, penelitian terbaru menunjukkan bahwa puasa memengaruhi fungsi ginjal para orang tua.
Studi yang dilakukan pada pasien berusia 60 tahun ke atas ini membuktikan, fungsi ginjal mereka membaik pada hari ke-28 Ramadan dan hari ke-14 setelah Ramadan.
“Intinya, tidak ada gangguan fungsi ginjal pada pasien usia lanjut yang sedang berpuasa, selama asupan cairannya mencukupi,” tuturnya.
Selain memengaruhi ginjal, lanjut dia, penelitian lain menyebutkan puasa juga memperbaiki profil lemak. Terdapat penurunan kadar trigliserida, yaitu sejenis lemak dalam darah yang bermanfaat sebagai sumber energi pada orang berusia lanjut dari 145,8 mg/dl menjadi 130,87 mg/dl.
Sementara, kadar kolesterol total pada orang dewasa juga mengalami penurunan. Puasa juga diketahui dapat mengurangi kadar radikal bebas secara bermakna sejak hari ke-7 dan 17 selama Ramadan. Namun, meningkat kembali pada hari ke-14 setelah puasa.
“Namun, kadarnya lebih rendah dibandingkan sebelum puasa,” sebut Edy.
Edy mengakui, saat berusia lanjut, cairan dalam tubuh manusia berkurang sehingga ketika menjalankan puasa akan lebih cepat haus dan berisiko mengalami dehidrasi.
Nafsu makan pun mulai menghilang, biasanya karena faktor sosial, psikologis, penyakit, dan sensasi rasa lapar yang menurun. Rasa lelah, lemah, dan bingung pun selalu merasuki orang yang sudah lanjut usia. Untuk menyiasatinya, dia menyarankan para manula untuk minum dan makan dengan otak, bukan dengan lidah. Penuhi asupan kalori seperti biasanya karena kebutuhan kalori sama dengan ketika tidak berpuasa.
Hanya pola makan diubah menjadi 40% kalori saat sahur, 50% saat berbuka puasa, dan 10% sesudah tarawih. Konsumsi cairan sebanyak 30–50 cc/kg berat badan/hari atau setara dengan delapan sampai 10 gelas setiap hari, dapat dibagi menjadi 2 gelas saat berbuka puasa, 3–4 gelas setelah tarawih sampai dengan sebelum tidur, 1 gelas saat bangun tidur sebelum sahur, dan 1–2 gelas saat sahur.
“Jangan tunggu sampai haus baru minum, biar tidak lemas dan mengalami dehidrasi,” kata Edy.
Biasakan konsumsi air atau jus buah antara berbuka puasa dan sebelum tidur. Lalu, hindari terlalu banyak es karena dapat menahan rasa kenyang yang mengakibatkan konsumsi makanan lengkap menurun.
Edy mengingatkan, komposisi gizi makanan harus seimbang. Batasi makanan yang digoreng dan berlemak, serta yang lebih cepat dicerna, seperti gula. Saat sahur jangan minum teh atau kopi karena bersifat diuretik yang membuat lansia sering buang air kecil.
Dianjurkan konsumsi makanan yang lambat dicerna dan tinggi serat. Saat berbuka puasa, kata dia, disarankan mengonsumsi kurma karena mengandung gula serat, karbohidrat, kalium, dan magnesium. Pisang juga baik dikonsumsi karena sumber kalium, magnesium, dan karbohidrat.
“Sebaiknya, makan berat setelah salat magrib, diawali berbuka dengan yang manis untuk membatalkan,” ujar Edy.
Selain itu, kata Edy, cukupi konsumsi vitamin dan mineral, serta waspadai terjadinya kekurangan cairan. Jangan lupa, selalu periksa ke dokter sebelum memulai puasa, untuk mengatur obat-obatan yang harus dikonsumsi saat berbuka puasa dan sahur.
OKEZONE
0 Komentar