DIBALIK KEBERHASILAN DJOHAR ARIFIN

Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...

Akhirnya, setelah dua kali tertunda, terpilih juga Ketua Umum PSSI untuk periode 2011-2015. Melalui pemungutan suara dua putaran, Kongres Luar Biasa PSSI di The Sultan Hotel, Solo, Jawa Tengah, menunjuk Prof. Djohar Arifin Husin menduduki kursi nomor satu di Sekretariat PSSI, Senayan, Jakarta.

Dinamika pemilihan Ketum PSSI layak mendapat perhatian. Dua kali kongres berjalan kisruh. Satu di Pekanbaru, Maret, dan selanjutnya di Jakarta, Mei lalu. Kelompok mayoritas pemilik suara sah PSSI yang menamakan diri Kelompok 78 ngotot mengusung pasangan George Toisutta dan Arifin Panigoro.

Kegigihan Kelompok 78 ditentang FIFA. Dari markasnya di Zurich, Swiss, FIFA berulang kali menegaskan melarang GT dan AP dalam bursa calon Ketum PSSI. Itulah yang menyebabkan kongres di Hotel Sultan, 20 Mei, berjalan stagnan tanpa hasil. Indonesia terancam skorsing, namun FIFA memberi kesempatan terakhir menggelar kongres pemilihan pada 9 Juli ini.

Lobi-lobi pun berlangsung. Kelompok 78 sejatinya keukeuh mengusung GT dan AP, namun atas desakan berbagai pihak kelompok ini melunak. Dukungan dialihkan ke Djohar yang saat ini tercatat sebagai staf ahli Menteri Pemuda dan Olahraga. Djohar juga dianggap mewakili suara praktisi sepakbola lainnya karena mantan pemain nasional.

Terdengar kasak kusuk kalau Kelompok 78 bersedia memberikan suaranya karena Djohar akan menggelar KLB setelah tiga bulan menjabat. Dalam KLB nanti tampuk PSSI akan diserahkan ke pasangan GT dan AP. Itulah, menurut seorang sumber, mengapa suara yang diperoleh Djohar membludak.

Dari putaran pertama Djohar mengantongi 53 suara. Disusul Agusman Affendi yang memperoleh 39 suara dan Yapto Soerjosumarno mendapatkan empat suara. Namun di putaran kedua Yapto mundur. Jadilah kuda pacu menyisakan dua kandidat. Di putaran final inilah Djohar unggul telak, memperoleh 61 suara mengungguli Agusman yang justru mengalami penurunan jumlah suara menjadi 38.

Pengunduran diri sejumlah kandidat Ketum PSSI sudah terjadi sebelum jam-J berlangsungnya KLB. Satu per satu mundur teratur. Sebut saja Sutiyoso, Rochim Sukasah, Indra Muchlis Adnan, Yesaya Buinei, dan Jusuf Rizal. Belakangan Erwin Aksa juga mundur. Itu belum calon yang tidak hadir di Solo yang sebanyak tiga orang. Ada apa ini? Dinamika. Masing-masing tahu kondisi yang terus bergulir di balik layar.

Jusuf Rizal cukup blak-blakan meletakkan alasan. Kata dia, lebih baik mundur karena tidak punya cukup uang. Kalau alasannya dana, mengapa mundur di puncak hajatan? Terlepas rumor pengalihan Ketum PSSI nantinya, layaklah jika insan sepakbola Tanah Air memberi selamat kepada Prof. Djohar. Sambil mengikuti perkembangan dari kepengurusan beliau tentunya.

LIPUTAN6

Posting Komentar

0 Komentar