Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...
Ratusan pemuda Kristen bentrok dengan polisi di kota Alexandria, Mesir, menyusul ledakan yang menewaskan 21 orang usai ibadah tahun baru. Sebagian pemuda melampiaskan kemarahannya dengan memukuli seorang muslim dan merusak sebuah mesjid.
Ledakan sebelumnya terjadi pada Sabtu 1 Januari, 2011, di depan gereja Al-Qiddissine tepat setelah jemaat usai menghadiri ibadah jelang tahun baru, setengah jam setelah tengah malam.
Ledakan dahsyat berasal dari sebuah mobil yang diparkir di depan kompleks gereja. Pihak berwenang menduga ledakan itu berasal dari bom yang ditaruh di dalam mobil.
Menurut Kementrian Dalam Negeri, delapan korban yang terluka adalah umat Muslim. Selain itu, gedung gereja dan sebuah mesjid yang berada di dekatnya juga mengalami kerusakan. Sebuah kelompok sempalan al-Qaeda di Irak mengaku bertanggungjawab atas pengeboman itu.
Ratusan pemuda yang marah berkumpul di jalan dan melampiaskan kemarahannya kepada polisi anti huru-hara yang berjaga. Bentrokan besar antara kedua kubu tidak terelakkan saat para pemuda melemparkan batu dan botol ke arah polisi.
Serangan langsung dibalas oleh petugas dengan menembakkan peluru karet dan gas air mata. Dilansir dari laman Associated Press, Minggu, 2 Januari 2011, seorang muslim yang melintas menjadi sasaran amuk para pemuda yang berang. "Sekarang adalah perang antara Kristen dan pemerintah, bukan lagi Muslim dan Kristen," teriak salah seorang wanita di tempat itu.
Menurut laporan fotografer Associated Press, beberapa pemuda bahkan mendobrak masuk ke dalam sebuah mesjid, melempar buku di dalamnya ke jalan. Mereka juga menghujani para pejalan kaki muslim dengan batu dan botol. "Dengan darah dan jiwa, kami membela salib," teriak para perusuh.
Bentrokan juga terjadi di dekat rumah sakit Saint. Beberapa pemuda berteriak sambil menghunuskan pisau dapur. Terlihat, seorang pemuda bertato dilarikan ke ruang UGD dengan luka di sekujur tubuhnya akibat tertembak peluru karet.
Sementara itu, ratusan orang lainnya menghadiri pemakaman para korban tewas. Mereka meneriakkan kata-kata "Hei Mubarak, darah Koptik telah mendidih. Kami tidak akan takut lagi, kami tidak akan diam lagi," sambil mengacungkan salib. Beberapa dari mereka berteriak menuntut pengunduran diri Gubernur Alexandria, Adel Labib.
Kristen Koptik Ortodok, mengisi sepuluh persen dari populasi Mesir yang mayoritas Muslim. Mereka seringkali mengeluhkan banyaknya diskriminasi yang mereka terima, bahkan seringkali menjadi sasaran pengeboman. Serangan bom kali ini adalah yang terparah diterima oleh para umat Kristen Mesir, setelah serangan 1999 lalu.
VIVANEWS
0 Komentar