3 BRIMOB TEWAS DIDOR TERORIS

Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...Jangan lupa Share dan Komen ya :)

Tantangan Komandan Mujahidin Indonesia Timur (KMIT) mulai meminta nyawa. Tiga anggota Brimob yang melakukan patroli tewas seketika setelah diberondong kelompok teror di Desa Tambarana, Poso Pesisir, Sulawesi Tengah sekitar pukul 10.00 Wita, Kamis (20/12).

Ketiga anggota Brimob yang gugur itu adalah Briptu Ruslan, Briptu Wayan Putu Aryawan dan Briptu Wanarto. Serangan mendadak itu juga melukai Briptu Eko Wijaya Suparno, Briptu Siswandi Yulianto dan Briptu Lunggu Anggara.

Hingga kemarin petang, Briptu Siswandi yang tertembak di bagian leher hingga menembus rahang, masih kritis di RS Parigi Poso.
Menurut Kepala Bagian Penerangan Umum Mabes Polri, Kombes Agus Rianto, kontak senjata berlangsung mendadak. Kala itu sekitar 15 anggota Brimob Polda Sulawesi Tengah di-back up Brimob Mabes Polri yang naik motor melintas di Desa Tambarana, Poso Pesisir.

Tiba-tiba, di wilayah tempat pelatihan teror itu, rombongan diberondong kelompok teror berjumlah sekitar 15 orang dari jarak relatif jauh. Sangat mungkin kelompok bersenjata yang diidentifikasi pimpinan Santoso dari KMIT ini menggunakan senjata api laras panjang.

"Serangan tiba-tiba itu terjadi ketika anggota yang berpatroli mendekati sekelompok orang di tempat kejadian. Belum sampai bertanya dari jarak relatif jauh, mereka langsung menyerang anggota Brimob," kata Kombes Agus Rianto.

Baku tembak sengit pun tak terelakkan, bahkan berlangsung hingga tiga jam. "Akibatnya tiga anggota Brimob gugur dan tiga lainnya terluka," tutur Kabag Penum Mabes Polri. Korban meninggal telah dievakuasi ke RSUD Poso. Sedangkan yang terluka dirawat intensif di RS Parigi, Poso.

Jarah SS-1

Mabes Polri meyakini kelompok Santoso ini jaringan teroris yang melakukan pelatihan teror di sekitar Gunung Klora. Indikasinya, saat penyergapan di tempat pelatihan beberapa waktu lalu, puluhan orang melarikan diri saat didekati, dan hanya seorang yang berhasil ditangkap.

Hingga semalam belum diketahui, apakah ada yang tewas atau terluka dari kelompok teror. Pasalnya, kelompok teror melarikan diri setelah mereka terdesak dalam baku-tembak sekitar tiga jam.

"Baru satu orang yang berhasil ditangkap, dan saat ini dia masih dalam pemeriksaan intensif untuk pengembangan perkara," tutur Kombes Agus Rianto. Seorang anggota teror yang tertangkap belum bisa diketahui identintasnya.

Kendati demikian, Kombes Agus memastikan dia bagian kelompok yang menyerang rombongan patroli Brimob. Menurut Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri, Brigjen Boy Rafli Amar, kelompok teror juga membawa kabur senjata api jenis Senapan Serbu (SS-1) milik anggota Brimob yang gugur.


"Pelaku diperkirakan 10-15 orang. Dugaan sementara, mereka melarikan diri dan merampas satu senjata anggota jenis SS1," ungkap Brigjen Boy Rafli Amar.

Menurut analisis Boy, kelompok teror ini melakukan penyerangan, karena terdesak setelah sejumlah tempat pelatihan terornya dibongkar dan dikuasai Polri. Selain itu, patroli yang dilakukan Kepolisian semakin mempersempit pergerakan mereka.

"Upaya mensterilkan lokasi dari aktivitas teror, sehingga mereka merasa terdesak dan pas bertemu dengan tim patroli terjadi kontak senjata. Patroli ini dilakukan berkaitan aksi teror sebelumnya," jelas Brigjen Boy.

Kelompok teroris yang melakukan penyerangan terhadap anggota Brimob, tak bisa dipisahkan dari aksi aksi teror sebelumnya yang terjadi di Poso.

Sejumlah aksi teror di Poso selalu dikaitkan dengan DPO terorisme Santoso, aktor utama di balik penembakan anggota Polri di depan ATM BCA Palu beberapa tahun lalu. Begitu juga aksi teror yang belakangan ini muncul di Poso, seperti pembunuhan dua anggota polisi yang melakukan pengintaiaan di Gunung Biru, Oktober 2012.

Selain itu terkait sejumlah aksi peletakan bom di pos polisi dan rumah
kepala dinas PU Poso beberapa waktu lalu. Santoso diduga kuat merupakan orang yang aktif melakukan perekrutan sejumlah orang dari luar wilayah Poso untuk melakukan pelatihan militer di Poso.

Setelah meninggalnya pentolan pentolan teroris kelompok Nurdin M Top cs, Santoso dianggap orang paling berbahaya saat ini. Menurut Brigjen Boy, pelatihan teror yang belakangan ini muncul di Gunung Biru, Tamanjeka dan Pegunungan Koronjobu, Pesisir Utara Poso, diduga kuat dipimpin Santoso.

Status Poso pun ditingkatkan, di mana pasukan Brimob Kelapa Dua Depok diberangkatkan setelah peristiwa tewasnya dua polisi di Tamanjeka. Patroli rutin dilakukan untuk melokalisir pergerakan kelompok teroris tersebut.

"Kelompok ini pun juga menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan kasus terbunuhnya dua anggota polisi di Tamanjeka. Dugaan kuat mereka masih di bawah Santoso," tandas Brigjen Boy.

Ia menjelaskan, para pelaku teror merupakan orang orang yang masuk Daftar Pencarian Orang (DPO) Polri karena terlibat sejumlah aksi teror. Tingginya intensitas patroli di Poso, kelompok teroris Poso harus berpindah pindah dalam melakukan pelatihan militer untuk aksi teror.

"Yang jelas dugaan kita, mereka yang diindikasikan selama ini melakukan teror di Poso, termasuk DPO dan melakukan latihan teror dengan cara mobile. Ini yang menyulitkan karena lokasinya bukit dan pegunungan, dataran tinggi," jelas Boy.

TRIBUN

Posting Komentar

0 Komentar