Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...
Kongres PSSI yang bakal digelar Komite Normalisasi PSSI pimpinan Agum Gumelar di hotel Sultan Senayan, 20 Mei besok siang bakal diwarnai perang urat saraf hingga berpotensi rusuh.
Hal tersebut tak lepas dari sikap sejumlah pemilik suara PSSI yang hingga saat ini masih memperjuangkan nama George Toisutta-Arifin Panigoro agar kembali dimasukan dalam daftar calon Ketua Umum, Wakil Ketua Umum dan Exco PSSI.
"Kami akan tetap memilih George Toisutta dan Arifin Panigoro. Tidak ada alasan dua nama tersebut tidak masuk dalam daftar calon. Kongres harus terselenggara berdasarkan mekanisme yang benar. Dan salah satunya memasukan dua nama tadi sebagai produk Komite Banding, yang merupakan bagian mekanisme kongres," ujar Hadiandra, Sekum Pengprov PSSI Jambi.
Kubu pemilik suara yang mengklaim sebagai suara mayoritas di PSSI tersebut dalam kongres besok dipastikan bakal memanfaatkan kemenangan jumlah mereka untuk menguasai kongres. Mereka akan memanfaatkan kongres sebagai mekanisme memunculkan kembali nama Toisutta-Panigoro.
Sikap tersebut tentu saja akan berbenturan dengan komitmen Komite Normalisasi yang sejak awal tidak mau mendengar siapapun, kecuali FIFA. Apalagi, dalam persoalan dua nama calon tersebut, FIFA sendiri hingga hari-hari terakhir jelang kongres tetap menegaskan untuk tidak mempersilakan Toisutta-Panigoro maju dalam pencalonan.
Meski jelas Komite Normalisasi telah membuat daftar calon Ketua Umum, Wakil Ketua Umum, dan Exco PSSI tanpa mengikutkan nama Toisutta-Panigoro, namun para pendukungnya yang merupakan pemilik suara mayoritas bakal mengusulkan dimunculkannya kembali dua nama tersebut.
Ditambah lagi, keyakinan para pemilik suara mayoritas tersebut mendobrak hegemoni FIFA, seolah mendapat angin segar dari Court of Arbitration for Sport (CAS). Meski belum mengeluarkan putusan yang menohok FIFA, namun, menurut Patrick Mbaya, pengacara Toisutta-Panigoro, CAS seperti memberi garansi bagi Indonesia.
Garansi tersebut berupa kesiapan CAS menghentikan hukuman FIFA, jika kemudian FIFA menghukum Indonesia lantaran apa yang terjadi pada kongres besok. Menurut Mbaya, CAS telah bersiap menegur FIFA jika kemudian FIFA menurunkan sanksi kepada Indonesia.
"Kami meminta CAS untuk menghentikan FIFA memberikan sanksi terhadap Indonesia. Karena bagaimanapun, atau apapun, putusan hasil kongres merupakan yang tertinggi. Supaya kongres sah menurut statuta, mereka (Toisutta-Panigoro) harus diikutkan dalam pencalonan. Ini kewajiban kongres. Soal sanksi FIFA, Sekarang memang belum disanksi. Tapi kalau itu terjadi, FIFA akan kami hentikan FIFA lewat CAS," ujar Patrick Mbaya di Senayan.
TRIBUN
0 Komentar