PONSEL TAK TINGKATKAN RISIKO KANKER OTAK



Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...

Frekuensi radio yang dipancarkan dari telepon seluler (ponsel) disebut-disebut meningkatkan risiko terkena kanker otak. Namun anggapan itu ditepis para peneliti dari University of Manchester.

Para peneliti ini menganalisis data diagnosa kasus kanker otak terbaru di Inggris sejak 1998 hingga 2007. Saat itu, penggunaan ponsel sudah menjadi tren. Namun hasilnya, tak ada perubahan signifikan secara statistik kanker otak pada laki-laki dan wanita.

Memang ada kenaikan namun sangat kecil, yakni lebih dari 0,6 kasus per 100 ribu orang penderita kanker otak pada lobus temporal. Menurut peneliti, ada tambahan 31 kasus per tahunnya dengan populasi di Inggris hampir 52 juta orang.

Peneliti menuliskan kanker otak pada lobus parietal, otak besar, dan otak kecil pada laki-laki Inggris turun sedikit selama penelitian. Penelitian ini dipublikasikan dalam jurnal Bioelectromagnetics seperti yang dikutip MsnHealth, Sabtu (19/2).

"Ada kontroversi tentang apakah paparan frekuensi radio dari ponsel meningkatkan risiko kanker otak. Temuan kami menunjukkan bahwa hubungan sebab akibat antara penggunaan ponsel dan kanker tidak mungkin karena tidak ada bukti adanya peningkatan yang signifikan dalam penyakit sejak pengenalan dan proliferasi (perkembangan yang cepat dari ponsel)," kata Pemimpin Penelitian Frank de Vocht, yang juga seorang ahli kesehatan kerja dan lingkungan.

"Jika ponsel menyebabkan kanker otak, seharusnya ada peningkatan jumlah diagnosa kasus dalam lima sampai 10 tahun setelah teknologi tersebut diperkenalkan dan adanya peningkatkan yang berlanjut dalam penggunaan ponsel. Tapi tidak ada kecenderungan seperti itu," jelasnya.

Periode penelitian pada 1998-2007 karena itu akan berhubungan dengan tahun 1990 ke 2002, ketika ponsel digunakan di United Kingdom meningkat dari nol hingga 65 persen di rumah tangga. "Sangat tidak mungkin jika kita berada di garis depan epidemi kanker otak yang berhubungan dengan ponsel," kata de Vocht.

Namun de Vocht menambahkan, studi ini tidak mengesampingkan kemungkinan ada orang-orang yang rentan terhadap pemaparan frekuensi radio (dari ponsel) atau beberapa kanker otak langka yang berhubungan dengannya. "Tetapi kita menafsirkan data kami tidak menunjukkan kebutuhan yang mendesak untuk melaksanakan tindakan kesehatan masyarakat untuk mengurangi paparan frekuensi radio dari ponsel," pungkasnya.

LIPUTAN6

Posting Komentar

0 Komentar