ARMENIA VS AZERBAIJAN PERTEMPURAN TERUS BERLANGSUNG


 

Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...Jangan lupa Share dan Komen ya :)

Kota terbesar kedua Azerbaijan, Ganja, dilanda gempuran pasukan Armenia seiring dengan berlanjutnya pertempuran kedua negara menyangkut sengketa wilayah Nagorno-Karabakh.

Daerah strategis itu diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan, tapi penduduknya kebanyakan etnis Armenia sejak perang 1988-1994 antara dua negara republik pecahan Soviet tersebut.

Kelompok di Nagorno-Karabakh menyatakan mereka telah menghantam bandara militer Ganja setelah pasukan Azerbaijan menggempur ibu kota kawasan itu, Stepanakert.

Akan tetapi, pemerintah Azerbaijan menegaskan tidak ada fasilitas militer di Ganja yang kena gempuran.

Lebih dari 220 orang telah tewas sejak pertempuran dimulai sepekan lalu.

Ada kekhawatiran jumlah korban tewas di kedua kubu sebenarnya lebih tinggi, mengingat klaim jumlah korban tidak bisa diverifikasi secara independen.

Militer Azerbaijan mengatakan pasukan mereka telah mengambil alih kembali tujuh desa pada Minggu (04/10), sedangkan Nagorno-Karabakh mengklaim pasukannya telah "memperbaiki" posisi mereka di garis depan.

Awal pekan ini Armenia mengatakan "siap berinteraksi" dengan para mediator dari Prancis, Rusia, dan AS untuk berupaya menyepakati gencatan senjata.

Azerbaijan, yang secara terang-terangan didukung oleh Turki, menuntut penarikan mundur pasukan Armenia dari Nagorno-Karabakh dan kawasan-kawasan di sekitarnya yang diduduki pasukan etnis Armenia.

"Nagorno-Karabakh adalah tanah kami," seru Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dalam pidato yang disiarkan televisi nasional pada Minggu (04/10).

Dalam kesempatan itu dia menuntut Armenia meminta maaf kepada negaranya serta memberikan waktu bagi penarikan mundur.

"Inilah akhirnya. Kita menunjukkan kepada mereka siapa kita. Kita mengejar mereka seperti anjing."

Sebelumnya, Armenia mengklaim satu pesawat jet tempurnya telah ditembak jatuh oleh pesawat jet milik Turki di tengah eskalasi konflik terkait wilayah sengketa Nagorno-Karabakh.

Menteri luar negeri Armenia mengatakan, pilot jet tempur Su-25 buatan Soviet itu tewas setelah ditembak pesawat F-16 milik Turki di wilayah udara Armenia.

Turki yang mendukung Azerbaijan pada konflik ini, telah membantah tuduhan tersebut.

Azerbaijan berkali-kali menyatakan tak punya pesawat tempur jenis F-16. Tapi Turki punya pesawat jenis tersebut.

Pertempuran yang dimulai sejak tiga hari lalu, sekarang mulai keluar dari kawasan Nagorno-Karabakh. Armenia dan Azerbaijan saling tuduh sebagai pihak yang memulai pertempuran.

Saat Turki secara terbuka mendukung Azerbaijan, Rusia - yang memiliki markas militer di Armenia tapi juga bersahabat dengan Azerbaijan - menyerukan gencatan senjata dengan segera.

Apa yang terjadi dengan jet tempur?

Juru bicara menteri pertahanan Armenia, Shushan Stepanyan, mengatakan, pesawat jenis Su-25 telah ditembak jatuh pada Selasa (29/09) pagi, dan pilotnya "tewas secara heroik".

Dalam unggahan Facebook, ia mengatakan pesawat F-16 milik Turki sudah terbang sejauh 60 kilometer di wilayah udara Armenia.

Turki dengan segara membantah klaim tersebut dan mengatakan "sama sekali tidak benar".

"Armenia harus mundur dari wilayah di bawah kekuasaannya, daripada menggunakan trik propaganda murahan," kata Fahrettin Altun, ajudan President Recep Tayyip Erdogan.

Belum ada bukti terkait penembakan jatuh pesawat jet Armenia. Azerbaijan sudah meminta Armenia untuk membeberkan buktinya.

Bagaimana peluang gencatan senjata?

Peluang untuk gencatan senjata saat ini masih tipis.

Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, mengatakan kepada media Rusia, suasananya masih tidak tepat untuk mengadakan dialog pada saat operasi militer masih berlangsung.

Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, yang juga berbicara kepada media Rusia, masih belum mau berdialog mengingat sikap Armenia saat ini.

Lebih dari 220 orang, termasuk warga sipil, meninggal karena pertempuran sengit yang masih terus berlanjut antara pasukan Armenia dan Azerbaijan terkait wilayah yang dipersengketakan Nagorno-Karabakh.

Kawasan pegunungan ini dikenal sebagai bagian dari Azerbaijan namun dikendalikan oleh etnik Armenia sejak perang yang berakhir pada 1994.

Negara-negara lain khawatir perang sengit dapat melebar ke kawasan lain dan melibatkan negara lain, termasuk Turki, Rusia dan Iran.

Ada apa di balik konflik?

Kawasan Nagorno Karabakh dipersengketakan pada akhir 1980a-an dan awal 1990-an. Walaupun kedua negara menetapkan gencatan senjata, mereka belum pernah menyepakati traktat perdamaian.

Nagorno-Karabakh adalah bagian dari Azerbaijan namun penduduk mayoritas dari Armenia.

Saat Uni Soviet ambruk pada 1980-an, Nagorno-Karabakh memilih untuk menjadi bagian dari Armenia, dan memicu perang dan menghentikan gencatan senjata yang ditetapkan 1994.

Sejak itu, Nagorno-Karabakh tetap menjadi bagian dari Azerbaijan, namun dikuasai separatis etnik Armenia dan didukung oleh pemerintah Armenia.

Perundingan selama puluhan tahun, dan dimediasi oleh pihak internasional, belum pernah traktat perdamaian.

Armenia adalah mayoritas Kristen sementara kawasan kaya minyak Azerbaijan adalah mayoritas Muslim. Turki memiliki hubungan dekat dengan Azerbaijan, sementara Rusia bersekutu dengan Armenia, walaupun memiliki hubungan baik dengan Azerbaijan.

Memobilisasi tentara lebih banyak

Pemerintah di Nagorno-Karabakh, yang didukung oleh Armenia mengatakan 31 tentara mereka tewas dan sebagian tempat yang dikuasai, kembali diambil alih kembali.

Azerbaijan mengatakan pasukan mereka menimbulkan "kerusakan besar" dan Armenia melakukan pengeboman dan melukai 26 warga sipil.

Kedua belah pihak mengatakan memobilisir lebih banyak tentara dan menetapkan kondisi darurat di sejumlah tempat.

Pertempuran itu adalah yang paling parah sejak 2016 dengan korban jiwa lebih dari 200 orang saat itu.

Turki telah menetapkan dukungan kepada Azerbaijan, sementara Rusia - yang memiliki basis militer di Armenia namun berhubungan baik dengan Azerbaijan - menyerukan gencatan senjata.

Armenia menuduh Turki memberikan bantuan militer untuk Azerbaijan, klaim yang disanggah Azerbaijan.

Hari Senin (28/09), Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan Armenia harus segera mengakhiri "pendudukan" di kawasan itu dan dikatakan Erdogan akan mengakhri krisis panjang.

Dalam wawacara dengan BBC, Menteri Luar Negeri Armenia Zohrab Mnatsakanyan menuduh Azerbaijan mensabotase penyelesaian damai dan menekankan Armenia harus membela kawasan itu.

Darurat militer

Pada Minggu (27/09), Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, mengatakan dirinya yakin akan memperoleh kembali kendali atas wilayah tersebut

Darurat mliter telah diberlakukan di sejumlah wilayah Azerbaijan, di Armenia, serta di Nagorno-Karabakh.

Konflik di pegunungan Kaukasus ini tak pernah berkesudahan selama lebih dari tiga dekade, dengan sederet pertempuran.

Bentrokan di perbatasan pada Juli lalu mengakibatkan 16 orang tewas, yang kemudian memicu unjuk rasa terbesar selama bertahun-tahun di ibu kota Azerbaijan, Baku.

Unjuk rasa ini berisi seruan untuk merebut kembali wilayah itu.

Konflik apa pun dapat mengguncang pasar karena wilayah Kaukasus selatan dilintasi jalur pipa yang membawa minyak dan gas alam dari Laut Kaspia ke pasar dunia.

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, berjanji mendukung Azerbaijan selama krisis baru terbaru, sementara Rusia yang secara tradisional dipandang sebagai sekutu Armenia, meminta pemberlakuan gencatan senjata dan pembicaraan untuk mendinginkan situasi.

BBC

Posting Komentar

0 Komentar