POLISI HARUS USUT PABRIK NARASI SINDIKAT PENYEBAR HOAX FAMILY MCA

Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...Jangan lupa Share dan Komen ya :)

Direktorat Cybercrime Bareskrim Mabes Polri telah menangkap sindikat penyebar hoax "Family MCA" yang anggotanya tersebar di beberapa kota di Indonesia. Penangkapan ini dinilai hanya secuil dari fenomena gunung es.

"MCA itu organisasi yang sangat cair, ada banyak sekali grup yang memakai nama MCA dan beroperasi secara kompartementasi atau sel terpisah," kata peneliti intelijen Universitas Indonesia (UI), Ridlwan Habib, di Jakarta, Selasa (27/2).

Ridlwan menilai pengungkapan "Family Group MCA" juga akan membuka gunung es sindikasi berita hoax dan ujaran kebencian di Indonesia. "Dalang utamanya, pabrik narasinya juga harus ditangkap. Penyebar hoax biasanya tidak sadar ketika berbagi konten yang ternyata isinya fitnah," ucap Ridlwan.

Dia mengatakan, di beberapa grup Whatsapp yang terindikasi menyebarkan hoax, selalu ada pemasok narasi. Untuk itu, polisi harus mengejar siapa yang memposting pertama dan asal usul info hoaxtersebut.

Dari beberapa pelaku yang sudah ditangkap sebelumnya, rata rata mereka mengaku tidak membuat sendiri konten hoax dan fitnah, melainkan sudah ada yang membuat untuk kemudian diviralkan. "Sudah ada yang membuatkan, yang kemudian setelah dilempar. Yang membuat ini mematikan nomornya atau berganti nomor," ucap alumni S2 Kajian Intelijen UI itu.

Menurutnya, narasi hoax yang dibangun sindikat biasanya seragam. Lazimnya adalah isu-isu yang selalu terkait dengan politik, terutama menyerang pemerintah dengan bumbu-bumbu kata yang seolah-olah heroik. Kondisi ini yang biasa disebut sebagai black propaganda. "Teknik melempar desas desus ini klasik, dulu sebelum ada media sosial desas desus disebar dengan selebaran, dengan obrolan warung ke warung, sekarang lewat whatsapp, " kata Ridlwan.

Dia mengatakan, konten yang sudah diluncurkan, memiliki efek yang sangat mengerikan. Sebab, dengan fitur copy paste, sebuah berita hoax bisa viral dalam hitungan detik. "Kalau seseorang mempunyai 10 grup WA dengan total anggota 500 orang, dalam waktu tiga menit, hoax bisa dibaca ke 500 sasaran," ungkap Ridlwan.

Setidaknya ada dua sebab mengapa hoax gampang tersebar. Pertama, ada unsur eksklusif dan yang kedua, unsur heroik. "Seseorang ketika mendapat informasi yang beda dengan arus media mainstreammerasa eksklusif dan penting. Lantas dia ingin dianggap orang penting dan hebat dengan menyebarkannya ke orang lain," ujarnya.

Motivasi yang kedua adalah merasa sebagai hero atau pahlawan. "Wacana bahwa pemerintah zalim, pemerintah represif terus digaungkan, jadi siapa pun yang mendapat info antipemerintah, seolah-olah dia menjadi pahlawan dan yakin bahwa yang dia sebarkan itu membela umat," katanya.

BERITASATU

Posting Komentar

0 Komentar