Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...Jangan lupa Share dan Komen ya :)
Pertempuran sengit pecah di wilayah sebelah timur Libya, Benghazi, melibatkan kelompok bersenjata Ansar al-Sharia dan pasukan loyalis Khalifa Haftar, seorang bekas jenderal angkatan darat. Perang darat itu menyebabkan setidaknya 19 orang tewas dan melukai 82 orang lainnya.
Sejumlah saksi mata yang dijumpai Al Jazeera, Senin, 2 Juni 2014 mengatakan adu senjata kedua kelompok itu terdengar di berbagai sudut kota, terutama salakan senjata dari pasukan pasukan khusus pemerintah yang berpangkalan di sebelah barat pinggiran Benghazi.
Haftar yang sedang berkampanye menyingkirkan para pejuang Libya ketika menumbangkan Presiden Muammar Qadhafi mengatakan bahwa pemerintah federal telah gagal mengendalikan negara.
Salah seorang warga Benghazi yang berada di kawasan bentrok senjata, Suleiman El Dressi, menerangkan kepada Al Jazeera bahwa dua orang tewas akibat ledakan bom. "Warga bertahan di dalam rumah dan mereka sangat ketakutan, menunggu perang berakhir," katanya. Dia mengatakan, "Pemerintah pusat telah gagal mengendalikan pertempuran yang sedang berlangsung di timur (Libya)."
Warga setempat lainnya mengatakan bahwa pertempuran ini merupakan peristiwa terburuk yang terjadi sejak Maret 2011 ketika pasukan loyalis Qadhafi mencoba memasuki kota (Benghazi).
Perang yang terjadi pada Senin, 2 Juni 2014, menurut sejumlah saksi dan pejabat senior Libya, sebuah jet tempur Libya di bawah komando Haftar menyerang basis pertahanan Ansar al-Sharia di Benghazi. Namun, gempuran itu meleset dari sasaran.
Menanggapi serangan tersebut, salah seorang anggota senior Ansar al-Sharia, menjelaskan kepada kantor berita AP bahwa serangan itu sedikitpun tak menimbulkan luka-luka.
Menurut juru bicara Haftar kepada Reuters, serbuan jet tempur pasukannya mengenai sebuah gedung yang menjadi markas pertahanan Ansar al-Sharia. "Pasukan kami menyerang bekas gedung putra mahkota, tempat Ansar al-Sharia, bertahan." Meskipun demikian, reporter Reuters yang berada di medan tempur melaporkan bahwa serangan tersebut tak menyebabkan kerusakan gedung.
Ansar al-Sharia mendapatkan dukungan dari masyarakat setelah kematian Qadhafi pada 2011. Kelompok ini diduga berada di balik serangan terhadap konsulat Amerika Serikat di Benghazi pada 2012 yang menewaskan duta besar AS.
TEMPO
0 Komentar