Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...
Putra pemimpin Libia Muammar Gaddafi, Saif al-Islam, memperingatkan bahwa perang saudara bisa pecah di negara itu.
Pernyataan ini dikemukakan dalam pidato panjang di televisi sementara aksi unjuk rasa anti pemerintah mulai merambah ibukota Tripoli, dan diatasi dengan kekerasan oleh pasukan keamanan.
Saif Gaddafi menawarkan reformasi politik, dan mengaku bahwa polisi dan militer telah berbuat "kesalahan", namun dia menegaskan jumlah korban tewas lebih rendah dari yang dilaporkan.
Dalam pidato di televisi yang berkepanjangan -yang merupakan pernyataan pertama seorang tokoh senior kepemimpinan Libia- Saif Gaddafi menyalahkan para pengunjuk rasa, dan menyebut "pemabuk serta preman" yang mengendarai tank di jalan-jalan kota Benghazi.
"Libia bukan Tunisia atau Mesir," ujarnya.
Saif Gaddafi juga mengkritik media asing atas laporan yang menurutnya membesar-besarkan kekerasan di Libia.
Dia menyebut kelompok-kelompok oposisi dan pihak luar mencoba mengubah Libia menjadi negara-negara kecil. Jika berhasil, menurutnya, investasi asing akan terhenti dan standar kehidupan akan turun secara drastis.
Tentara menembaki para pengunjuk rasa karena mereka tidak dilatih untuk mengatasi kerusuhan sipil, tegasnya.
Namun dia memperingatkan jika perang saudara pecah, warga Libia akan "menangisi ratusan dan ribuan korban", dan Libia akan kembali "dijajah".
TEMBAK DI KEPALA
Kelompok Human Rights Watch mengatakan setidaknya 233 orang tewas di Libia sejak hari Kamis (17/02).
Organisasi ini mendesak pemerintah negara lain memberitahu Libia menghentikan pembunuhan para pengunjuk rasa ketika pihak berwenang dituduh mempergunakan peluru mematikan.
Hari Senin (21/02) laporan media dari Tripoli menyebut bahwa jalan-jalan tampak tenang, sementara pasukan pemerintah masih berpatroli di Lapangan Hijau setelah membubarkan aksi protes yang menurut para saksi mata merupakan satu "pembantaian".
Satu gedung pemerintah dilaporkan terbakar dan patugas pemadam berusaha mengatasi api.
Hari Minggu malam, para saksi mengemukakan bahwa gas air mata dan peluru hidup digunakan pasukan keamanan terhadap para pengunjuk rasa.
Seorang pria yang ikut aksi di Lapangan Hijau Tripoli mengatakan penempat tepat yang mengambil posisi di atas gedung melepas tembakan ke arah pengunjuk rasa dengan mempergunakan senjata yang terdengar seperti senjata mesin.
"Orang ditembak di kepala dan di punggung. Sekarang saya bersembunyi di rumah. Saya takut keluar. Di sini suasana mencekam," ujar seorang saksi mata.
Laporan lain menyebut orang bersenjata di dalam mobil dengan dihiasi foto Kolonel Gaddafi melaju di jalan sambil menembaki dan menabrak pengunjuk rasa.
BBC
0 Komentar