HARGA MINYAK DUNIA DEKATI USD 90 PER BAREL

Please comment & share this article, thanks!

Harga minyak mentah dunia kembali melonjak dan kini sudah hampir mendekati USd  90 per barel. Namun pemerintah sejauh ini masih tenang-tenang karena kenaikan harga minyak dinilai sifatnya masih temporer saja. Menko Perekonomian Hatta Rajasa menjelaskan hal itu di Jakarta, Senin (8/11).

"Tidak ada dampak karena kalau melihat harga ICP kita itu kita lihat satu tahun itu. Kan dari APBN rata-rata USS 80 (per barel) dalam satu tahun ini. Memang akhir-akhir ini naik USD 82, USD 80 (per barel), sekian tapi secara keseluruhan tak akan melampaui daripada itu. ICP kita USD 80-an tapi kalau lihat bulan lalu masih USD 78-79 per barel," paparnya.

Hatta menilai kenaikan harga minyak sebesar yang pada Oktober telah mencapai USD 82,26 per barel belum memberikan dampak yang cukup besar bagi APBN karena sifatnya hanya sementara. Oleh sebab itu, Hatta mengakui belum ada rencana untuk menaikkan harga BBM. "Tidak," jelasnya soal niat pemerintah menaikkan harga BBM.

Hatta juga menyatakan pihaknya lebih fokus pada target pencapaian lifting yang diperkirakan tidak akan mencapai target. Pasalnya, pipa gas Transportasi Gas Indonesia (TGI) yang bocor selama 2 minggu mengurangi potensi lifting sebesar 160 ribu bph dan setiap 10 ribu barel tidak tercapainya target liftimg akan mengurangi sebanyak Rp 1 triliun dalam APBN.

"Sejauh ini belum pada itu. Yang saya concern bukan pada ICP-nya karena ICP saya yakin aman. Yang saya yakin aman adalah soal lifting kalau 10 ribu meleset sama dengan 1 triliun melesetnya. Supaya kita kejar sempet berhenti di Chevron sempet berenti karena pecah pipa ada pengaruhnya. Kita kejar supaya produksi kita tak jauh meleset," katanya lagi. 

Pada perdagangan di pasar Asia, kemarin, harga minyak light untuk kontrak Desember tercatat naik 15 sen menjadi USD 87 per barel. Minyak Brent kontrak Desember juga naik 9 sen menjadi USD 88,20 per barel.

Harga minyak mulai merayap naik pada Oktober, dan pada November ini kenaikannya semakin cepat. Lonjakan harga minyak mentah terutama terjadi setelah Bank Sentral AS mengeluarkan kebijakan "Quantitative Easing" tahap II dengan menggelontorkan likuiditas USD 600 miliar.

JPNN

Posting Komentar

0 Komentar