AMERIKA AKAN EKSEKUSI WANITA PERTAMA SETELAH 1 ABAD



Please comment & share this article, thanks! 

Selalu puji TUHAN lewat lagu selama 7 tahun di penjara.

Hari ini, untuk kali pertama setelah seabad berlalu, Negara Bagian Virginia, Amerika Serikat (AS), kembali mengeksekusi mati seorang perempuan. Dia adalah Teresa Lewis. Rabu (22/9) kemarin, perempuan berusia 41 tahun itu masih berharap bisa lolos dari suntikan maut yang akan mengantarkannya pada kematian.

"Tetap berharap eksekusi ini tidak perlu saya jalani. Tapi, jika saya harus kembali ke rumah Bapa, saya yakin itulah yang terbaik bagi saya," kata Lewis, dalam wawancara telepon dengan stasiun televisi WTVR, Selasa (21/9) malam waktu setempat. Nada suaranya memang menyiratkan kesedihan mendalam, juga penyesalan. Namun, dia mengaku sama sekali tidak takut menghadapi kematian yang sudah di depan mata.

Pendeta Lynn Litchfield yang mendampingi Lewis menjelang eksekusi pun, mengakui keberanian terpidana mati kasus pembunuhan tersebut. Sejak kali pertama divonis mati, Lewis selalu memelihara harapan untuk bisa lolos dari eksekusi. "Dia selalu menyanyikan lagu-lagu pujian berirama country. Jika anda mendengar dia menyanyi, anda akan tahu bahwa dia bersungguh-sungguh dalam memuji Tuhan," paparnya.

Menurut Litchfield, Lewis berusaha menenangkan diri lewat puji-pujian yang dia kumandangkan. Karena itu, tujuh tahun mendekam di penjara, dia tidak pernah absen memuji Tuhan. Apalagi, mendendangkan lagu pujian adalah hobi dari putri pekerja pabrik pemintalan benang itu sejak kecil. Konon, sejak kanak-kanak, Lewis yang melewatkan masa kecil di Danville itu, sudah terbiasa menyanyi di gereja.

Meski berharap bisa lolos dari eksekusi, Lewis mengaku siap menyambut ajal. Karena itu, dia berharap perbuatan kejinya di masa lalu diampuni. Terutama, oleh keluarga besar mendiang suami yang dia bunuh lewat tangan selingkuhan dan seorang rekan. Juga, oleh anak-anaknya, karena kasus pembunuhan pada 2002 itu juga menewaskan seorang anak lelakinya.

Jika pada detik terakhir menjelang eksekusi hari ini Mahkamah Agung (MA) turun tangan, Lewis akan luput dari maut. Namun, hingga kemarin tidak ada tanda-tanda lembaga peradilan tertinggi AS itu ikut campur. Sebelumnya, menurut Agence France-Presse, tim pembela sempat memohonkan pengampunan untuk Lewis. Pertimbangannya adalah bahwa IQ perempuan bertubuh subur itu hanya 70.

Namun, Negara Bagian Virginia menganggap seseorang dengan IQ 70 sebagai individu normal. Bahkan, dia dinyatakan layak disidangkan. Sebagai dalang pembunuhan, vonis yang dijatuhkan kepada Lewis memang lebih berat daripada dua mitra kejahatannya. Rodney Fuller dan Matthew Shallenberger, yang kali pertama ditemui Lewis di Walmart, hanya diganjar hukuman seumur hidup.

Dua pemuda yang masing-masing berusia 19 dan 22 tahun itu memang bertindak sebagai eksekutor. Merekalah yang menembak mati dua korban - suami Lewis dan anak lelakinya - setelah masuk ke rumah yang sengaja dibiarkan terbuka oleh Lewis. Saat pembunuhan terjadi, Lewis menjalin hubungan istimewa dengan Shallenberger. Sedangkan Fuller berpasangan dengan anak perempuan Lewis yang berusia 16 tahun.

Jika hari ini Lewis mati di ujung jarum suntik, dia resmi menjadi perempuan ke-12 yang dieksekusi mati di Negeri Paman Sam. Itu dihitung sejak hukuman mati kembali diterapkan pada 1976. Sebelumnya, negeri adidaya itu sudah mengeksekusi 1.215 terpidana mati. Meski lantang menentang hukuman mati, fakta memang menunjukkan bahwa AS merupakan salah satu negara yang paling banyak mengeksekusi terpidana mati.

Terakhir kali Negara Bagian Virginia mengeksekusi wanita adalah pada 1912, atau 98 tahun lalu. Ketika itu, Virginia Christian dihukum di kursi listrik dalam usia 17 tahun. Dia dinyatakan bersalah membunuh pegawai wanitanya dengan gagang sapu. Wanita itu adalah yang pertama dan satu-satunya wanita remaja yang mati di kursi listrik. Saat eksekusi itu, dia juga merupakan remaja terakhir yang dihukum mati di AS.

JPNN

Posting Komentar

0 Komentar