Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...Jangan lupa Share dan Komen ya :)
Bhineka Tunggal Ika, berbeda-beda tapi tetap satu.
Inilah semboyan bangsa Indonesia yang memiliki makna besar dan dalam.
Namun, isu-isu SARA menjadi hal yang sensitif di media sosial belakangan ini.
Satu yang sedang hangat adalah gambar pahlawan yang ada pada uang kertas NKRI yang baru.
Karena beberapa hal, tak sedikit netizen yang meragukan jasa beberapa di antaranya.
Yang terbaru adalah status dan komentar yang melecehkan kepahlawanan seorang pejuang asal Papua, Frans Kaisiepo.
Wajah pahlawan Frans Kaisiepo yang terpampang di uang kertas baru pecahan Rp 10 ribu tersebut menjadi pergunjingan netizen di media sosial.
Pertanyaan mengenai sosoknya dijawab dengan jawaban beraneka ragam, tak sedikit berkomentar negatif yang melecehkan berujung bully-an.
Membuat miris, dengan mudahnya beberapa anak bangsa menilai jasa pahlawan hanya dari wajah.
Tak urung seorang komika yang berasal dari Indonesia Timur, Arie Kriting, ikut angkat suara.
Mungkin mereka yang berkomentar bernada negatif itu kurang belajar?
Ataukah memakai media sosial hanya untuk mem-bully orang lain?
Padahal kita bisa mendapat ilmu dari internet.
Mengutip akun Twitter @TweetMiliter, Frans Kaisiepo adalah tokoh pejuang kemerdekaan asal Papua.
Dia lahir di Biak, Papua, Hindia Belanda pada 10 Oktober 1921.
Masa kecilnya dihiasi kehidupan penjajah kolonial Belanda di Papua.
Frans Kaisiepo kemudian aktif mengikuti Kursus Pamong Praja di Hollandia (Jayapura) saat Perang Dunia II.
Ketika ikut kursus itulah, dia berkenalan dengan Soegoro Atmoprasodjo, mantan guru Taman Siswa Yogyakarta.
Melalui perkenalannya dengan Soegoro, jiwa nasionalisme Frans Kaisiepo menggelora.
Frans Kaisiepo kemudian mengampanyekan Republik Indonesia di Papua setelah proklamasi kemerdekaan oleh Soekarno-Hatta.
Beliau pula yang memastikan Papua agar ikut Republik Indonesia.
Ketika Belanda mencoba membuat Negara Indonesia Timur (NIT) di Papua, Frans Kaisiepo melahirkan istilah yang sangat populer, Irian.
IRIAN sebenarnya merupakan singkatan dari Ikut Republik Indonesia Anti Netherland.
Nama ini kemudian dipakai sebagai nama provinsi Irian Jaya, yang kemudian diubah lagi menjadi Papua.
Masih meragukan jasa-jasanya?
Frans Kaisiepo mengorganisasi berbagai gerakan perlawanan di Papua melawan Belanda, bahkan setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) di Den Haag.
Dia berandil besar dalam Trikora (Tri Komando Rakyat) ketika Indonesia di ambang kesabaran atas keras kepala Belanda mempertahankan Papua.
Dalam Trikora, Frans Kaisiepo aktif berperan membantu TNI dalam berbagai operasi di Papua hingga 1963.
Setelah 1964, Frans Kaisiepo menjadi gubernur Irian Barat menggantikan Elieser Jon Bonay.
Bonay kemudian menyeberang ke Belanda.
Sebagai gubernur, Frans Kaisiepo bertanggung jawab melaksanakan Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) atau referendum pada 1969.
Hasilnya adalah Papua bergabung dengan Republik Indonesia.
Frans Kaisiepo meninggal pada 10 April 1979.
Jenazahnya dikebumikan di Taman Makam Pahlawan Cendrawasih, Biak, Papua.
Jadi, peran Frans Kaisiepo dalam mempertahankan integritas Republik Indonesia tak terbantahkan.
Kalau tak ada sosoknya, mungkin sekarang Papua bukan bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Nama Frans Kaisiepo kemudian diabadikan sebagai nama bandar udara di Biak, Papua.
Tak hanya itu, pemerintah juga mengabadikan namanya di sebuah kapal perang yaitu KRI Frans Kaisiepo bernomor lambung 368.
Kepada netizen yang mem-bully pahlawan atau meragukan keterpilihan gambar pahlawan tersebut pada uang kertas yang baru, mending piknik yang jauh.
Atau pakai kuota internet buat belajar.
Be smart, don't let your smartphone be smarter than you.
TRIBUNJATENG
Jual Madu atasi ejakulasi dini, Pelangsing Badan, Solusi Keputihan, Sepatu Nike, HP Android, dll hub SMS/WA 089665962851
0 Komentar