CERITA ABG PENYEDIA CINTA SESAMA JENIS DI PALEMBANG

Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...Jangan lupa Share dan Komen ya :)

Anak-anak usia belasan di Kota Pelembang memiliki risiko mengalami penyimpangan orientasi seksual akibat pergaulan. Kesaksian dan penelusuran terhadap komunitas penyuka sesama jenis di kota ini dapat membuktikan hal itu.

Meskipun masih tersisa kesan tertutup, kehadiran komunitas tersebut di tempat umum sudah sangat mudah ditemui. Mereka terlihat sudah lebih merasa bebas menampakkan jati diri.

Sejauh ini, komunitas lesbian di Palembang menyukai kawasan Museum BKB, Kambang Iwak Kecil (samping Masjid Taqwa), TVRI, dan Simpang Polda. Sementara itu, gay menyukai BKB, Simpang Polda, dan mal-mal.

Seorang pemuda, R (21), yang adalah lelaki penyuka sesama jenis, mengungkapkan, banyak anak yang masih duduk di bangku SMP menjadi gay.

“Kalau dulu saya suka dengan brondong (anak di bawah umur) untuk bersenang-senang. Mereka lucu bisa dimanja-manja. Ingat waktu di hotel, ada lima orang brondong masih SMP. Mudah dibujuk, kita janjikan dugem gratis mereka mau kasih lebih,” kata R, Jumat (20/12/2013).

R mengaku, ia dan teman-temannya penyuka sesama jenis lebih nyaman disebut sekong (sakit). Ia bercerita tentang pengalamannya menjalin hubungan dengan gay ABG, mulai dari "hanya bersenang-senang", "cinta satu malam", hingga menjalin hubungan serius atau berpacaran.

"Top" dan "bottom"
Dalam hubungan penyuka sesama jenis dikenal istilah top untuk pria yang berperan sebagai pria dan bottom bagi pria yang berperan sebagai wanita.

Gay ABG bisa berperan menjadi kedua-duanya. Tergantung pada gay yang lebih tua untuk mengarahkan si anak muda tersebut berperan sebagai apa.

A (24), lelaki gay lainnya, menuturkan, gay ABG yang sudah "setengah jadi" mudah diarahkan untuk berperan menjadi B (dari kata bottom).

“Mereka sudah punya rasa untuk menyukai sesama jenis, tinggal diarahkan saja. Diminta untuk jadi B, mereka biasanya tidak menolak. Berbeda bila mereka belum pernah sama sekali atau tidak punya jiwa seperti itu tapi kita menginginkannya,” sebut A.

Para ABG, ujar A, memiliki rasa ingin tahu yang lebih. Mereka ingin mencoba-coba dan memiliki gejolak seksual yang tinggi. Kondisi itu sebuah keuntungan bagi A. Di hadapan ABG tulen itu, A pun berperan sebagai perempuan untuk memuaskan dan memenuhi rasa ingin tahu sang ABG.

“Mereka ingin tahu rasanya ML (making love) dan kita penuhi itu. Berperanlah kita menjadi perempuan. Kebanyakan dari mereka ketagihan, kemudian meminta lagi di samping memang hubungan kita intens melalui BBM atau pertemuan lanjutan,” kata A.

TRIBUN 







Posting Komentar

0 Komentar