KELUARGA BELUM DAPAT PETUNJUK KEBERADAAN MELINDA



Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...

Memasuki hari kelima hilangnya Melinda Fitriana, pihak kepolisian dan keluarga belum menemukan petunjuk keberadaan mahasiswi pasca sarjana jurusan teknik pangan IPB Bogor itu. Polisi dan pihak keluarga terus melakukan pencarian dengan menyisir wilayah Jakarta, kampus hingga menggunakan teknologi. “Hingga pagi ini belum ditemukan petunjuk apa pun di mana keberadaan Melinda,” ujar Ayah Melinda, Sapto Hartoyo saat dihubungi Selasa (19/4).

Menurut Sapto, proses pencarian dari kemarin hingga hari ini terus dilakukan, salah satunya adalah melacak sinyal handphone Melinda. “Tapi tidak ditemukan karena handphone Melinda sejak kemarin tidak aktif,” katanya.

Pada Sabtu dan Ahad lalu, telepon seluler Melinda masih aktif dan terlacak di sejumlah wilayah di Jakarta.

Hilangnya wanita 24 tahun itu membuat orang tuanya syok. Mereka trauma, sebab peristiwa ini pernah terjadi terhadap putri sulung mereka Amanda enam tahun silam. Amanda yang saat itu masih tercatat sebagai mahasiswa Trisakti hilang selama tiga hari dan ditemukan sudah tidak bernyawa. “Kami benar-benar trauma,” ujar Sri Andiani, ibu Melinda saat ditemui Tempo di rumahnya di Villa Bintaro Regency.

Menurut Sapto, sejak musibah yang terjadi pada Amanda, selaku orang tua mereka cukup protektif terhadap Melinda. “Kami memang cukup protektif, tapi masih tetap demokratis,” kata Sapto. Menurut dia, hal itu mereka lakukan agar kejadian yang menimpa Amanda tidak terjadi pada putri bungsunya.

Perhatian yang lebih terhadap Melinda salah satunya dengan menjemput putrinya itu setiap Jumat di kosnya di Wisma Fio, Jalan Darmaga IPB, Bogor, Jawa Barat.

Saat masih kuliah S1 di Swiss German University (SGU), Sri Andiani mengaku mengantongi data dan nomor telepon teman-teman Melinda. Sehingga semua aktivitas putri semata wayangnya itu terpantau. Tahun 2009, Melinda lulus teknik pangan di SGU dan meneruskan kuliah S2 di IPB Bogor.

Melihat Melinda sudah dewasa, Sri mengaku sudah tidak terlalu mengontrol kegiatan Melinda juga teman-temannya. “Karena saya yakin putri saya sudah dewasa,” katanya. Sri meneruskan, Melinda juga trauma akan kejadian tragis yang menimpa kakak kandungnya itu. “Sehingga dia selalu waspada dan hati-hati, kadang dia yang selalu menenangkan saya,” kata Sri.

TEMPO

Posting Komentar

0 Komentar