KAPOLRI BEBERKAN OPERASI ANTI-MAKAR



Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...Jangan lupa Share dan Komen ya :)

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian membeberkan strategi penangkapan sejumlah tokoh yang diduga hendak melakukan makar pada 2 Desember lalu.

Penangkapan itu dilakukan menjelang fajar sehingga tidak ada kesempatan untuk membentuk opini melalui media sosial.

Meski memiliki alasan yang cukup untuk menangkap para tokoh yang diduga hendak makar, Polri tidak melakukannya tiga hari, dua hari, ataupun sehari sebelum 2 Desember.

Penangkapan lebih dari 24 jam sebelum 2 Desember, memberi kesempatan kepada beberapa pihak untuk membuat dan membesarkan opini yang menyesatkan.

"Kami melakukan penangkapan tidak sehari, dua hari, atau tiga hari sebelumnya, karena itu akan dipelintir di media sosial. Bapak-bapak paham betul kekuaatan media sosial saat ini," tutur Tito di hadapan anggota DPR dalam rapat kerja DPR dan Polri di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Senin (5/12).

Tito mengatakan, penangkapan sejumlah tokoh menjelang aksi 212 adalah menjaga kesucian aksi tersebut. Polri, menurut Tito, tidak ingin agenda Aksi 212 yakni menjalankan ibadah bersama, justru ternodai oleh aksi yang tidak terpuji.

"Kami tidak ingin agenda suci untuk melakukan ibadah ternyata diselipi provokasi. Makanya kita setting penangkapan subuh," katanya.

Polri telah mendapat informasi bahwa ada kelompok yang berupaya menggiring massa Aksi 212 untuk bergerak ke gedung DPR dan mendesak diadakannya Sidang Istimewa.

Tito mengatakan, Polri tidak melarang pengunjuk rasa berdemonstrasi di Gedung DPR. Namun Polri wajib mencegah penunjuk rasa yang hendak menduduki Gedung DPR.

"Kalau demo di depan (gedung) DPR silakan, tapi kalau memaksa menduduki Gedung DPR itu inkonstitusional," katanya.

Pada kesempatan itu, Tito juga menjelaskan alasan pihak kepolisian menyiapkan speaker atau pengeras suara pada aksi 2 Desember 2016.

Tito menganalisis dari sudut pandang ilmu kepolisian. "Sekian banyak massa, dalam ilmu kepolisian adalah kerawanan yang luar biasa," kata.

Jenderal bintang empat itu mengatakan, aksi tersebut dapat menjadi ricuh hanya karena satu insiden.

Hal lain yang dapat menimbulkan kerawanan bila terdapat orasi yang bersifat provokasi atau memanaskan situasi.

"Sehingga magnet utama dari pengendalian massa itu adalah speaker, kami yang siapkan speaker sehingga tidak terlalu banyak yang orasi menggunakan mobil," katanya.

Tito pun menegaskan bahwa pengeras suara cukup berada di panggung.

Alasan kedua, Tito mengatakan, magnet aksi adalah panggung. Panggung menjadi titik komando dari seluruh peserta aksi.

"Oleh karena itu kami hadir di sana. Bukan ingin populer, tapi ingin mengendalikan mereka yang sudah berkomitmen dengan kami sehingga semua sesuai rencana, jangan sampai di-hijack (dibajak)," ujar Tito.

Seperti diberitakan, polisi menangkap 10 tokoh menjelang Aksi 2 Desember lalu. Para tokoh itu di antaranya Mayjen (Purn) Kivlan Zein, Brigjen (Purn) Adityawarman Thaha, Sri Bintang Pamungkas, Ahmad Dhani, dan Ratna Sarumpaet.

Tito menyatakan, pihaknya pihaknya telah berkomunikasi dengan pihak TNI sebelum menangkap kedua purnawirawan jenderal TNI itu.

"Proses komunikasi khususnya antara Bapak Pangdam dan Kapolda Metro Jaya, juga telah melapor kepada Pak Panglima TNI. Dan Panglima TNI juga mendukung dan kemudian Pangdam bahkan mengirimkan tim juga, dari Den Intel dan POM (Polisi Militer). Mereka mendampingi penyidik Polri," kata Tito.

Tito membantah kabar bahwa penangkapan kedua purnawirawan tersebut hanya dilakukan oleh anggota Polri, tanpa melibatkan pihak TNI. Tito menegaskan bahwa Polri menghargai para purnawirawan.

TRIBUNNEWS


Jual Baju Wanita Dress Blouse Kemeja Jaket Celana Baju Pria Baju Anak Baju Couple Baju Muslim Tas Wanita Sepatu Nike Adidas Dll Harga Murah hubungi SMS/WA/LINE 085721536262 FOLLOW IG @tokotim Bisa kirim ke seluruh Indonesia

Posting Komentar

0 Komentar