PERUNDINGAN VIENNA PERTEMUKAN ARAB SAUDI-IRAN

Ayo Langganan Gratis Berbagi Berita...Jangan lupa Share dan Komen ya :)

Untuk pertama kali, dua kekuatan besar berpengaruh di kawasan Timur Tengah, Arab Saudi dan Iran, akan duduk bersama dalam satu forum pertemuan internasional di Vienna, Jumat pekan ini. Pertemuan tersebut akan membahas upaya penghentian perang berkepanjangan yang telah berlangsung empat tahun di Suriah.

Pihak Arab Saudi secara terus terang menyatakan akan mengukur kesungguhan Iran dan sekutunya Rusia, dua kekuatan utama penyokong Presiden Suriah Bashar al-Assad dan pemerintahannya, untuk bersama-sama mencari penyelesaian terkait persoalan itu.

Pernyataan itu disampaikan Menteri Luar Negeri Arab Saudi Adel al-Jubeir, Rabu (2/10). Menurut al-Jubeir, kesungguhan itu terutama terkait seperti apa keinginan keduanya dalam menghadirkan upaya penyelesaian politik di Suriah seperti yang semua pihak, terutama Arab Saudi, inginkan.

Kantor berita Iran mewartakan, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif dan ketiga deputinya akan langsung terbang ke Vienna. Kehadiran Iran kali ini adalah yang pertama kali terjadi dalam diskusi internasional membahas krisis Suriah.

Iran selama ini mengaku mendukung adanya penyelesaian politik di Suriah tetapi dengan mengikutsertakan Assad sebagai bagian dari prosesnya. Sementara itu, keinginan berbeda disuarakan kelompok pemberontak beserta negara-negara pendukung mereka, terutama Arab Saudi, Qatar, dan Turki, yang menyebut pengecualian Assad sebagai prakondisi perdamaian.

Lebih lanjut, menurut al-Jubeir, negaranya beserta para negara sekutu lain akan menggelar pertemuan terpisah di hari yang sama untuk menetapkan "waktu dan cara mengeluarkan Bashar al-Assad".

Pihak Gedung Putih Amerika Serikat (AS) menegaskan langkah pembicaraan damai itu hanya akan bekerja jika seluruh "pemegang saham kunci" diundang dan terlibat. Gedung Putih juga menyebut bahwa partisipasi Iran harus dipastikan tidak akan membayang-bayangi upaya selama ini untuk mengakhiri krisis di Suriah.

"AS menyiapkan kerja sama dengan negara mana pun, termasuk Iran dan Rusia, untuk menyelesaikan konflik di Suriah," ujar juru bicara Gedung Putih, Eric Schultz.

Beberapa negara lain, seperti Mesir, Irak, Qatar, Lebanon, Uni Eropa, dan Perancis, juga sudah menyatakan bakal hadir dalam pembahasan Jumat mendatang. Sehari sebelumnya, sebuah pertemuan juga akan digelar dalam skala lebih kecil di antara AS, Rusia, Arab Saudi, dan Turki.

Pertemuan Jumat mendatang di Vienna itu diperkirakan akan dihadiri dan diikuti puluhan negara. Meski begitu, hingga sekarang belum jelas benar apakah pihak-pihak bertikai di dalam negeri Suriah, baik pemerintah maupun kelompok pemberontak, juga akan hadir. Dalam pertemuan sejenis terakhir beberapa waktu lalu, juga di Vienna, kedua pihak sama sekali tak datang.

Dalam pernyataannya di depan pers di Riyadh, Arab Saudi, Menteri Luar Negeri Inggris Philip Hammond berharap pertemuan itu akan mendorong dialog di antara kedua belah pihak berseteru yang selama ini saling mendukung kelompok-kelompok, yang saling berperang di semua negara yang tengah berkonflik di penjuru Arab.

"Arab Saudi dan Iran adalah dua negara terpenting dan paling memiliki kekuatan di negara-negara di kawasan itu. Adalah kepentingan jangka panjang bagi kawasan ini untuk melihat kedua negara tadi bisa duduk bersama dan saling berdialog, mendiskusikan perbedaan masing-masing, demi mencari solusi damai," tutur Hammond.

Sementara itu, kelompok oposisi Koalisi Nasional Suriah, yang berbasis di Turki dan didukung negara-negara Barat, mengatakan, partisipasi Iran dalam pertemuan kali ini justru meremehkan pentingnya proses politik dalam penyelesaian masalah di Suriah. "Iran hanya punya satu proyek, mempertahankan kekuasaan Assad. Mereka tak percaya prinsip-prinsip berunding," ujar Wakil Presiden Koalisi Hisham Marwa.

Dalam kesempatan terpisah, Sekretaris Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran Ali Shamkhani mengatakan kepada wartawan bahwa negaranya siap terlibat dalam perundingan tanpa prasyarat apa pun. Hal itu disampaikan saat melawat ke Pakistan.

Sementara itu, salah seorang diplomat senior negara Barat di New York, AS, mengatakan bahwa pertemuan dan pembahasan harus dimulai dari kondisi dasar terendah secara adil, terutama ketika hal itu melibatkan Rusia dan Iran di satu sisi dan pihak lain yang berseberangan di sisi lain.

Dari Doha, Qatar, dilaporkan, pemerintah negeri itu menolak kemungkinan mengirimkan pasukan militernya ke Suriah untuk memerangi pemerintahan Assad. Penegasan itu disampaikan Menteri Luar Negeri Khalid al-Attiyah, yang sepekan lalu pernah melontarkan gagasan agar negara-negara teluk mengirim pasukan ke Suriah untuk merespons langkah Rusia melibatkan diri.

"Tidak, hal itu sama sekali tidak akan dilakukan, mengirimkan pasukan kami ke medan pertempuran. Tidak, tidak, mereka dapat memerdekakan negerinya sendiri. Apa yang mereka butuhkan adalah dukungan finansial. Mereka ingin rakyat mendengar mereka," tutur Attiyah.

Qatar dan negara-negara Arab lain menentang keterlibatan Rusia dalam perang Suriah. Namun, Rusia justru balik menuduh mereka selama ini memberikan bantuan senjata dan uang kepada pasukan-pasukan pemberontak untuk melawan pemerintahan Assad yang didukung Rusia.

KOMPAS


Jual Penghilang Keputihan, menghilangkan bau pada vagina, mengencangkan dll. Cara beli mudah hub SMS: 085721536262 - Twitter: @timsolshop -Facebook: Tim's Ol Shop

Posting Komentar

0 Komentar