GEMPA BESAR MASIH MENGANCAM DI MENTAWAI

Please comment & share this article, thanks!

Senin 25 Oktober 2010, pukul 21.42 WIB, sebuah gempa berkekuatan 7,2 skala Richter terjadi di barat daya Pulau Pagai, Mentawai, Sumatera Barat. Sementara Badan Geologi Amerika Serikat (USGS) mencatat kekuatan gempa yang terjadi pada kedalaman 10 kilometer itu mencapai 7,7 skala Richter.

Tsunami kemudian menyusul gempa besar itu. Gelombang air laut menyapu kawasan pantai barat gugusan kepulauan di kabupaten terluas di Sumatera Barat itu.

Akibat gempa yang diiringi tsunami ini, data sementara hingga Kamis malam, 28 Oktober menyebutkan 374 warga dinyatakan meninggal dunia. Sementara itu, sebanyak 338 orang masih dinyatakan hilang. Korban tewas terbanyak berasal dari Pulau Pagai Utara dan Selatan.

Gempa ini juga menyebabkan bangunan-bangunan gedung dan infrastruktur luluh lantak. Laporan sementara, bangunan-bangunan yang rusak itu antara lain satu gedung SMP rusak, empat rumah dinas, lima rumah ibadah, dan lima jembatan.

Kerusakan lain yang terpantau antara lain, 291 rumah penduduk rusak berat dan 190 rumah penduduk rusak ringan.

Terkait bencana ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) segera mengeluarkan Instruksi Presiden tentang Penangangan Bencana Alam. "Inpres ini akan jadi pedoman provinsi yang punya daerah rawan untuk relokasi dan memikirkan mata pencaharian warga di tempat yang baru," kata Presiden SBY semalam.
 
Gempa besar di Mentawai ini sudah beberapa kali terjadi. Beberapa waktu lalu, sejumlah ahli menyatakan sejumlah sisa energi tektonik tersimpan di bawah kepulauan ini.

Apabila energi ini dilepaskan, gempa besar diperkirakan bakal mengguncang Mentawai dengan kekuatan 8,8 hingga 9 skala Richter. Bahaya itu berada di Pulau Siberut dan Sipora, sebelah selatan Kepulauan Mentawai.

Ketua Ikatan Ahli Geologi Sumbar, Ade Edward, menyatakan gempa besar itu juga akan diiringi tsunami. "Menurut sejumlah ahli, jika gempa berkekuatan sembilan skala Richter terjadi, arah timur Mentawai (Padang) akan dihantam tsunami," ujarnya.

Menurut ahli paleotsunami Pusat Penelitian Geoteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Danny Hilman Natawidjaya, sumber gempa Senin malam itu terjadi di sebelah pojok utara dari lokasi gempa 8,4 SR yang pernah terjadi pada 2007. "Ini sekaligus persis di sebelah selatan lokasi sumber potensi gempa 8,8 SR [sesuai prediksi] yang masih belum keluar," kata Danny kepada VIVAnews.

Danny mengatakan pihaknya masih melakukan analisis terhadap gempa tersebut. "Agak sulit menentukan, apakah gempa ini merupakan rentetan keseimbangan kembali gempa 2007, atau bisa juga proses membuka gempa selanjutnya," kata dia. "Memang tidak tertutup kemungkinan pembuka gempa besar -- ini belum final."

Menurut Danny, Mentawai diduga memiliki potensi gempa dengan energi 30 kali lipat lebih besar dibandingkan gempa di Padang pada 2009. Sebabnya, siklus gempa besar di (zona subduksi) Mentawai selalu berulang mengikuti siklus 200 tahunan.

Dari penelitian terungkap periode gempa-gempa besar di wilayah itu terjadi terakhir pada tahun 1797 dan 1833. Dari hasil kalkulasi Danny, gempa pada tahun 2007 di wilayah itu hanya melepaskan tidak lebih dari 1/3 jumlah energi tekanan tektonik yang terakumulasi. Artinya, masih ada sekitar 2/3 energi lagi yang tersimpan. 

Jika semua perhitungan dan ramalan itu benar, maka akan terjadi pula kenaikan dan penurunan tanah. Gempa tahun 2007 mengakibatkan tinggi permukaan Pulau Sikakap di Kepulauan Mentawai naik hingga 70 centimeter.

Ade menambahkan, potensi gempa berkekuatan 9 skala Richter ini diperkirakan akan terjadi dalam rentang 10-20 tahun ke depan. Guncangan gempa ini diperkirakan tidak hanya berasal dari dasar laut, tapi juga dari patahan sumatera.

Di barat Sumatera itu, kata Ade, ada dua segmen yang berada di patahan Sumatera yang masih menyimpan energi berkekuatan 7,5 skala Richter yakni Segmen Sumpu (Pasaman Timur) dan Segmen Suliti (Muara Labuh-Alahan Panjang).

VIVANEWS

Posting Komentar

0 Komentar